Dari Abu ‘Abdillah Jabir bin ‘Abdillah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Bagaimana pendapat Anda (kabarkan padaku), apabila aku mengerjakan shalat-shalat fardhu, puasa di bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, dan aku tidak menambahnya sedikit pun dari itu, apakah aku akan masuk surga?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” [HR. Muslim, no. 15]
Jabir bin ‘Abdillah Al-Anshari adalah seorang sahabat terakhir yang diwafatkan di Madinah. Jabir bin ‘Abdillah Al-Anshari mempunyai halaqah (majelis ilmu yang cara duduknya melingkar) di Masjid Nabawi. Jabir bin ‘Abdillah Al-Anshari mengatakan dari dirinya sendiri, “Aku tidaklah pernah meninggalkan peperangan bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setelah aku menyaksikan ayahku syahid dalam peperangan Uhud.”
Jabir bin ‘Abdillah Al-Anshari dan ayahnya melihat hal-hal baru yang berkembang pesat. Sesungguhnya ayahnya Jabir (Abdullah al-Anshariy) syahid dalam perang Uhud dan Jabir bin ‘Abdillah Al-Anshari menyaksikannya. Jabir bin ‘Abdillah Al-Anshari mengatakan, “Aku datang sedang ayahku sudah terbungkus dengan kain kafan di hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Aku menginginkan untuk menyingkap kain kafan dan melihat wajah ayahku. Tetapi para sahabat mencegah aku untuk melakukannya. Sedangkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendiamkan. Para sahabat melarang aku karena khawatir atasku. Kemudian, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjumpaiku dalam suatu waktu dan berkata, ‘Janganlah kalian menyangka orang-orang yang telah dibunuh di medan perang bahwa mereka mati. Akan tetapi, mereka hidup di sisi Rabbnya dan mereka diberi rezeki oleh Allah. Malaikat tiada hentinya menggosokkan sayap ke ayah Jabir sampai diangkat’”.
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjumpai Jabir dan berkata, “Ke sinilah anakku, apakah engkau mengetahui apa yang Allah lakukan terhadap ayahmu? Sungguh Allah telah menghidupkan dia. Dan tiadalah Allah berbicara kepada seseorang dengan sungguh-sungguh selain kepada ayahmu. Allah berkata kepada ayah Jabir, ‘Apa yang kau inginkan?’. Kata ayah Jabir, ‘Ya Allah, aku ingin kembali ke dunia dan berperang di jalanmu dan aku ingin syahid kembali’. Allah berkata, ‘Telah terdahulu firman Kami bahwa mereka tidak akan pernah dikembalikan lagi ke dunia’
Kemudian, ayah Jabir berkata, “Ya Allah tolong kabarkan kepada orang di belakang kami terhadap apa yang kami dapati dari Engkau supaya mereka bergairah untuk berjihad di jalan Engkau”. Kemudian, Allah mengatakan, “Jangan sekali-sekali kamu menyangka bahwa orang yang dibunuh di jalan Allah mati, tetapi mereka adalah orang yang hidup di sisi Allah dan diberi rezeki,’”
Sebagaimana yang direkam oleh imam At-Tirmidzi hadits dari Abu Umamah. Dari Abu Umamah mengatakan, “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkhutbah dalam haji Wada. ‘Wahai manusia bertakwalah kalian kepada Allah dan shalatlah kalian lima waktu dan berpuasalah di bulan Ramadhan dan tunaikanlah zakat harta kalian dan taatilah apabila Allah perintahkan kepada kalian. Kalau kalian mengerjakannya, kalian akan ke surga kalian.” [Hadits hasan, shahih]
Artinya, seseorang akan masuk surga jika sholat lima waktu tidak ketinggalan (tepat waktu).
QS. Al Baqarah: 45, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,”
Kalau kita orang khusyu’, maka niscaya sholat akan terasa ringan. Kalau tidak, maka akan terasa berat.
Begitu juga puasa Ramadhan. Tidak hanya menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan suami istri, Tetapi juga menahan diri dari hal-hal yang membatalkan dan merusak nilai puasa.
Begitu juga dengan zakat. Seseorang yang diberi keluasan rezeki, maka wajib mengeluarkan zakat maal 2,5% setiap tahun.
QS. At-Taubah: 60, “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Jadi, jika seseorang shalat dengan benar, puasa dengan benar, menunaikan zakat, dan taat kepada perintah Allah maka dia akan masuk surga.
Dalil shalat
QS. An-Nisa: 103, “…Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Dalil puasa
QS. Al Baqarah: 183-187, “[183] Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
[184] (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
[185] (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
[186] Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
[187] Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”
Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi dengan mengangkat kepalanya dan berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku apa yang Allah wajibkan kepadaku.” Berkatalah Nabi, “Yang diwajibkan oleh Allah adalah lima shalat dalam sehari semalam.” Laki-laki tersebut berkata, “Selain itu apakah ada yang difardhukan lagi atasku selain itu?”
Berkatalah Nabi, “Tidak. Kecuali shalat sunnah.”
Laki-laki bertanya, “Apalagi Rasulullah?”
Berkatalah Nabi, “Puasa Ramadahan.”
Bertanyalah laki-laki, “Apakah ada lagi puasa yang diwajibkan kepadaku selain puasa Ramadhan?”
Nabi menjawab, “Tidak ada, kecuali puasa sunnah.”
Laki-laki bertanya, “Kemudian apalagi ya Rasul?”
Nabi menjawab, “Zakatmu”
Laki-laki bertanya, “Apakah ada lagi yang diwajibkan selain itu?”
Nabi menjawab, “Tidak ada, selain sedekah sunnah.”
Laki-laki bertanya, “Apa lagi ya Rasul?”
Nabi menjawab, “Yaitu kamu berhaji ke baitullah jika mampu” (QS. Ali Imran: 97)
Laki-laki bertanya, “Apakah kewajiban haji dalam setahun sekali?”
Nabi diam sampai laki-laki mengulang pertanyaan 3x, “Kalau sekiranya aku menjawab, sungguh itu akan wajib kepada engkau menjalankan haji sekali setiap tahun.”
Laki-laki berkata, “Demi Dzat yang mengutus engkau demi membawa kebenaran sebagai seorang Nabi, aku tidak menambah atas hal itu dan tidak mengurangi atas hal itu.”
Nabi berkata, “Beruntung, termasuk ayahnya. Jika ia melakukan itu, semuanya akan beruntung.”
Lalu, bagaimana? Apakah kita tidak perlu melakukan sunnah?
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466]
Closing Statement
Untuk masuk surga, sebagai bentuk kemurahan Allah sederhana. Jangan tinggalkan shalat lima waktu, puasa ramadhan, menunaikan zakat, berhaji jika diberi kemudahan. Untuk mengamankan hal wajib, lakukan yang sunnah. Allah dan Rasul-Nya menginginkan kita berpulang ke hadapan Allah dalam keadaan baik. Jangan meninggalkan sunnah sama sekali karena susah mengerjakan fardhu dengan sempurna. Jangan meremehkan sunnah karena itu pertanda kita tidak mencintai Rasulullah. Lakukanlah sunnah jika kita tidak ada udzur.