Resume Kajian Adab Sunday Januari 2021: Hadits Arbain ke-19 (Jagalah Allah, Niscaya Allah akan Menjagamu)

Dari Abdullah ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata “Pada suatu hari aku pernah berada di belakang ﷺ, lalu beliau bersabda, ‘Wahai anak muda! Sesungguhnya aku akan mengajarkan beberapa kalimat kepadamu. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau mau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau mau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Ketahuilah apabila semua umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka pun berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.’” [HR. Tirmidzi, hasan shahih]

# Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu #

Allah tidak butuh penjagaan dari kita karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang dimaksud “jagalah Allah” yaitu jagalah aturan-aturan Allah, jagalah agama Allah -dalam arti laksanakan dan sebarkan ajaran-ajaran Allah dengan baik dan benar. Ketika ada orang yang ingin melecehkan agama Allah, maka kita harus tampil untuk meluruskan itu. Jika kita memelihara (menjaga agama) Allah dengan baik dan benar, maka Allah akan memelihara kita. Jika Allah memelihara seseorang, maka tidak ada kekuatan yang bisa mencederai dia. Jika kita ingin dijaga oleh Allah, maka jagalah ajaran Allah; baca, pahami, amalkan, dan sebarkan al Quran, firman Allah Ta’ala.

QS. Muhammad: 7,

Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

Yang dimaksud menolong Allah adalah menolong untuk menegakkan, mengamalkan, mensyiarkan agama Allah. Ketika seseorang aktif untuk melaksanakan ajaran agama Allah, maka Allah akan memberikan kemudahan-kemudahan terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi. Orang yang menolong agama Allah pasti merupakan orang yang bertakwa. Jika orang tersebut bertakwa, maka Allah janjikan ia kemudahan.

Sebagaimana dalam QS. At Talaq: 2-4, Allah Ta’ala berfirman,

“…Barangsiapa orang yang bertakwa kepada Allah, Allah akan berikan jalan keluar atas persoalannya dan Allah akan memberikan suatu rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

Perlu diingat bahwa rizki tidak hanya berupa materi. Jika ada orang yang fokus beribadah, mendakwahkan agama Allah, ikhlas menjalankannya; kerja dalam rangka berdakwah, maka maka Allah akan memberikan jalan keluar dan rizki, salah satunya jodoh.

Karena orang beriman itu seperti lebah: memberikan yang terbaik, menghisap yang baik dan mengeluarkan yang baik. Kemudian, jika dia hinggap di suatu dahan sekali pun, dahannya hanya akan rapuh -tidak sampai mematahkannya-. Jika kita menjadi penolong Allah (menegakkan agama Allah), maka Allah akan menolong dan meneguhkan pendirian dirinya.

Sebagaimana dalam QS. As Shaff: 14,

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.”

Sekali lagi, menolong Allah adalah bagaimana kita menegakkan agama Allah dengan baik dan benar. Orang yang menolong Allah namanya ٱللَّهِ أَنصَارَ. Sebagaimana Isa putra Maryam berkata kepada hawariyyin  (pengikut setia nabi Isa; karena pengikut setia nabi Isa seperti bidadari –indah-). Nabi Isa berkata kepada hawariyyin, “Siapa orang yang menolong aku untuk menegakkan agama Allah?”. Berkatalah hawariyyun, “Kami yang akan menolong agama Allah.”

Siap ngga jadi penolong agama Allah? Seberapa siap kita adalah seberapa kesungguhan kita dalam menjalani agama Allah. Seberapa kuat pembelaan kita terhadap agama Allah adalah seberapa jauh kecintaan kita kepada Allah. Orang kalau sudah cinta segalanya akan diberikan, apakah kita sudah demikian? :”)

# Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu #

Ketika seseorang memiliki loyalitas yang tinggi dalam membela agama Allah, maka ketika dia berdo’a, dia dapati Allah di hadapannya. Ingat, Allah itu dekat dengan kita. Ketika orang tidak mengadakan pembelaan agama Allah (bahkan menyerang agama Allah), maka dia akan terasa jauh dari Allah. Padahal, Allah itu dekat. Jadi, jika seseorang memelihara agama Allah maka ia dapati Allah di hadapannya. Jika seseorang jauh dari Allah, maka ketika berdo’a susah… :”(

Karena iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin… “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah: 5)

Berkomitmenlah yang kuat dengan ayat ini. Karena ketika seseorang melakukan peribadatan kepada Allah dengan peribadatan yang sungguh-sungguh, maka pertolongan Allah akan diberikan kepadanya

Jika seseorang mengamalkan isi al Quran, maka ia tidak kerepotan karena Allah akan mengabulkan segala do’anya.

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Ta’ala adalah maha pemalu lagi maha mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa” [HR Abu Dawud, no. 1488]

Oleh karena itu, ayo serius! Bekerja untuk Allah dengan melakukan peribadatan dengan baik dan benar. Jika kita sudah melakukannya, maka jangan khawatir!

Karena dalam QS. Al Baqarah: 15,

Allah Ta’ala berfirman, “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”

Ini baru dirasakan bagi orang yang dekat dengan Allah. Jadi, laksanakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah.

# Jika engkau mau meminta, mintalah kepada Allah #

Jangan minta ke makhluk! Bahkan sampai pada persoalan yang kecil, mintalah kepada Allah.

Di dalam riyadhush shalihin -dalam sebuah hadits qudsi-, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semuanya berpotensi untuk tersesat kecuali orang yang Aku berikan petunjuk kepadanya. Maka hendaklah kalian meminta petunjuk kepada-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, kalian adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku berikan makan kepadanya. Maka hendaklah kalian meminta makan kepada-Ku. …” (HR. Muslim no. 6737)

Kalau Allah memberikan makan kepada seseorang, maka tidak mungkin kelaparan.

Dalam QS. Al Quraisy: 1-4, disebutkan bahwa sudah jadi kebiasaan orang Quraisy melakukan perjalanan jauh, tetapi hendaklah mereka beribadah kepada Allah, Tuhan yang memelihara baitullah yang telah memberikan makan kepada mereka dan mengamankan mereka dari ketakutan.

Sehingga, dalam QS. Al Baqarah: 152,

Allah Ta’ala berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

Dan dalam QS. Ar Ra’d: 28,

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Artinya, kalau kamu minta, mintalah kepada Allah… Jangan lupa ikhtiar! Jadilah pemuda yang dinamis, yang tidak takut dengan risiko karena rizki berbanding lurus dengan risiko. Kalau ingin rizki banyak, jangan takut menghadapi risiko.

# Jika engkau mau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah #

Jangan meminta pada makhluk, apalagi makhluk yang udah meninggal dunia!

Apabila engkau butuh pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah.

Suatu ketika Nabi Isa diminta oleh pengikutnya untuk meminta hidangan dari langit kepada Allah. Dalam QS. Al Maidah: 114, “Isa putera Maryam berdoa: ‘Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama’”.

Dalam QS. Al Maidah: 115, “Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia’”.

Dalam QS. Al Mu’min: 60, “Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’.”

Maka, mintalah kepada Allah!

Agar do’a kita diijabah oleh Allah, maka jadilah orang yang bertakwa.  Syarat do’a kita diijabahi yaitu sebagaimana dalam QS. Al Baqarah: 186, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Jadi, syaratnya yaitu: 1) Jawab (laksanakan) perintah Allah, 2) Beriman (tidak berbuat syirik) kepada Allah.

# Ketahuilah apabila semua umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka pun berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu #

Nabi ﷺ mengajari do’a, “ALLAHUMMA LAA MAANI’A LIMAA A’THAITA WALAA MU’THIYA LIMAA MANA’TA WALAA YANFA’U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegah dari apa yang telah Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberikan atas apa yang Engkau cegah. Tidak bermanfaat usaha yang sungguh-sungguh, dari-Mu lah segala usaha yang sungguh-sungguh itu)” [HR. Ibnu Majah, no. 869]

Selain itu, Nabi ﷺ juga mengajari kita dzikir pagi petang, “BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’ WA HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM (dengan nama Allah Yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan tidak juga di langit, dan Dialah Yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui)” [HR. Abu Daud dan Tirmidzi]

Tidak ada yang bisa memberi kemudharatan kalau kita bersama Allah. Sehingga bagi orang yang memahami ini, tidak pernah putus asa dalam menghadapi sesuatu.

Pernah dengar kisah bagaimana Nabi Sulaiman meminta kepada pasukannya untuk mendatangkan singgasana dalam waktu secepat-cepatnya dalam QS. Shad: 35?

Dalam QS. Shad: 35,

“Ia berkata: ‘Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi’.”

Oleh karena itu, jangan berharap dengan makhluk tetapi berharaplah kepada Allah. Karena berharap kepada makhluk hanya membuat kecewa.

# Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering #

Segala takdir telah ditetapkan, pena telah kering.

Allah tidak mencatat perbuatan seseorang ketika 3 hal: anak sampai dia baligh, orang gila sampai dia waras, dan orang tidur sampai dia bangun.

Narasumber :

Ustadz Jufri Ubaid, S.Ag.

chevron_left
chevron_right