Resume Kajian Adab Satnight November 2020: Hadits Arbain ke-17, “Berbuat Ihsan pada Segala Sesuatu”

Assalamualaikum, Sobat Risma

Gimana kabarnya? Semoga selalu dalam lindungan Allah yaa. Aamiin.

Di sini mimin akan mengulas kembali materi KAS (Kajian Adab Satnight) yang disampaikan oleh Al Ustadz Jufri Ubaid, S.Ag tentang Hadits Arbain Nawawi ke-17 dengan tema “Berbuat Ihsan pada Segala Sesuatu”.

Sebelum itu, mari kita simak haditsnya,

Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.” (HR. Muslim, no. 1955)

Mengenai hadits di atas, Ustadz Jufri menjelaskan bahwa kita harus selalu berbuat ihsan atas segala sesuatu, termasuk kepada hewan ternak sekali pun. Kita dilarang menyiksa hewan yang akan disembelih, justru kita dianjurkan untuk menyenangkan hewan ternak tersebut. Di antaranya adalah memberi mereka makanan yang cukup serta hendaknya menajamkan pisau agar mereka tidak merasa kesakitan saat disembelih.

Selain itu, kita diwajibkan untuk berbuat ihsan kepada sesama manusia, terkhususnya kepada orang tua kita. Walaupun orang tua berbeda agama dengan kita atau tidak pernah sholat dan berpuasa, kita wajib berbuat baik kepada mereka dan menaati mereka dalam hal yang ma’ruf.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al Isra: 23)

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (QS. Al Isra: 24)

Ketika kita sedang menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan di dunia seperti melamar pekerjaan, mengkhitbah atau dikhitbah seseorang selalu gagal, dan lain-lain. Cobalah bermuhasabah diri, alasan-alasan apa yang dapat menghambat hal-hal tersebut ? Mungkin salah satunya adalah tentang restu orang tua.

“Hal tersebut terjadi karena orang tua kurang merestui, karena restu orang tua adalah restu dari Allah Ta’ala. Hendaknya, kita sering berbuat baik kepada mereka agar mereka merestui setiap hal baik yang akan kita lakukan.”, ujar Ustadz Jufri.

Dalam kisah seorang pemuda yang bernama Uwais al-Qarni, beliau adalah orang yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Contohnya adalah pada suatu saat, Uwais Al-Qarni ingin menghajikan orang tuanya yang sudah tua. Sedangkan, jarak dari rumahnya (Yaman) ke Makkah sangat jauh. Uwais Al-Qarni tidak berputus asa, beliau melatih fisiknya dengan menggendong seekor kambing dari rumahnya ke puncak gunung lalu kembali lagi ke rumahnya. Beliau berlatih berkali-kali hingga fisiknya kuat untuk menggendong orangtuanya dari Yaman ke Madinah. Memang beliau tidak terkenal di dunia, tetapi justru ia terkenal di antara penduduk langit, MasyaAllah

Selain berbuat baik kepada kedua orangtua, kita juga diwajibkan untuk berbuat baik kepada siapa pun, seperti orang miskin dan anak yatim. Bahkan, kita juga diperintahkan untuk berbuat baik kepada tawanan perang sekalipun.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al Insan ayat ke 8 dan 9,

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (QS. Al Insan: 8)

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al Insan: 9).

Segala perbuatan ihsan yang kita lakukan hendaklah hanya mengharapkan keridhaan Allah sehingga Allah akan memberikan ganti yang lebih baik secara langsung, baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu, dalam kaidah berumah tangga, hendaknya suami istri saling berbuat baik, saling memberi kebaikan, dan tidak mengharapkan balasan dari pasangannya (melainkan mengharapkan dari Allah). Jika itu dilakukan, insyaAllah pernikahannya akan sakinah, mawaddah, dan warahmah.

Contoh perbuatan ihsan lainnya yaitu tentang kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissallam kepada anaknya.

Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissallam bermimpi Allah memerintahkannya untuk menyembelih anaknya sendiri yang bernama Nabi Ismail ‘alaihissallam, beliau mengajak dialog dengan anaknya bahwa mendapatkan perintah Allah untuk menyembelihnya. Nabi Ibrahim ‘alaihisallam berdialog dengan Nabi Ismail ‘alaihissallam menggunakan bahasa kasih sayang orangtua kepada anaknya. Nabi Ibrahim ‘alaihissallam tidak langsung melakukannya tanpa persetujuan anaknya. Padahal, Nabi Ismail adalah anak pertama beliau setelah bertahun-tahun berdo’a agar diberi anak yang shalih. Meskipun begitu, beliau tetap taat kepada perintah Allah dan melakukan perbuatan ihsan dengan cara meminta persetujuan kepada anaknya.

Closing statement yang disampaikan oleh Ustad Jufri pada akhir kajian sangat merasuk di hati…

Beliau berkata,

“Tidak pernah rugi orang yang berbuat baik kepada orang lain. Maka, lakukanlah yang terbaik agar dibalas kebaikan yang terbaik pula oleh Allah Ta’ala.”

MasyaAllah… Semoga Allah meneguhkan hati kita dalam keimanan, taat kepada perintah-Nya, serta memberi hidayah kepada kita untuk selalu berbuat ihsan.

Fastaqibul khairat!

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Narasumber :

Ust. Jufri Ubaid, S.Ag.

chevron_left
chevron_right