Sifat para Nabi dan Rasul adalah shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Pada kajian sebelumnya, kita telah belajar tentang shiddiq dan amanah. Allah Ta’ala menyuruh agar kita menyerahkan amanah kepada orang yang memiliki kapabilitas untuk menjalankan amanah tersebut. Artinya jangan sampai kita menyampaikan suatu urusan kepada orang yang tidak memiliki keahlian terhadap urusan tersebut. Serahkan urusan kepada ahlinya. Pada kajian ini, kita membahas tentang tabligh dan fathanah.
Tabligh
Sifat Rasulullah yang ke-3 adalah Tabligh. Tabligh adalah mempunyai kemampuan untuk menyampaikan informasi. Seorang Rasul dan seorang Nabi komunikatif. Tidak ada Rasul yang tidak komunikatif kepada umatnya. Para Rasul di dalam berkomunikasi punya visi/goals yang jelas: apa yang hendak disampaikan di dalam penyampaian pesannya. Tujuannya ada. Visinya ada.
Beberapa ayat Al Quran yang berbicara bahwa sifat Rasul adalah Tabligh antara lain:
- Qs. Ali ‘Imran: 20
Artinya:
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
* Ummi adalah orang yang tidak mengenal kitab sebelum Al Quran. Pengertian umum dari ummi adalah orang yang tidak pandai menulis dan membaca.
Orang Islam adalah dalam wilayah hidayah Allah. Islam adalah agama yang sempurna. Bagi yang tidak mengatakan Islam bukan agama sempurna maka dia lupa dengan firman-Nya, QS. Al Ma’idah: 3, “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. …”
Allah yang menyempurnakan Islam. Yang mengatakan bahwa Islam sempurna adalah Allah.
Rasulullah termasuk Rasul yang lain, sebagaimana yang diterangkan pada QS. Ali Imran: 20, jika mereka beragama Islam dan patuh kepada Allah, maka mereka memperoleh petunjuk dari Allah. Jika mereka berpaling, maka sesungguhnya kewajiban engkau hanya menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat hamba2-Nya.
Artinya tugas kita menyampaikan pesan-pesan Allah. Bukankah Rasulullah ﷺ mengatakan, “Sampaikan apa yang datangnya dariku walaupun hanya satu ayat”? Kita memahami satu ayat sampaikan ke orang lain. Komunikasikan kepada orang lain. Perkara orang tersebut tidak mau, kewajiban kita hanya menyampaikan.
- QS. Al Maidah: 99, “Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.”
Kewajiban Rasul hanya menyampaikan. Jika umatnya tidak menurut, ya sudah.
- QS. An Nur: 54, “Katakanlah: ‘Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang’.”
Kewajiban Rasul hanya menanggung apa yang menjadi kewajibannya, bukan menanggung apa yang dilakukan oleh umatnya.
QS. At Taubah: 128, “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
Sebuah perusahaan berhasil jika leadernya memiliki komunikasi yang baik kepada bawahannya. Suatu organisasi, termasuk rumah tangga, akan menjadi baik jika komunikasinya baik.
Tabligh adalah kemampuan di dalam berkomunikasi. Seluruh Rasul memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Makanya, Nabi Musa berdo’a ketika mendapatkan perintah berdakwah kepada Fir’aun
QS. Thaha: 25-28, “Musa berkata, ‘Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’ [Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”
Do’a ini agar ketika ngomong tidak kaku, lebih lemas, lebih lancar. Lepaskan ikatan lidahku supaya mereka mudah memahami perkataanku
Seluruh Nabi ketika mendapatkan wahyu pasti dikomunikasikan kepada umatnya. Lawan dari tabligh adalah menyembunyikan informasi. Rasulullah tidak pernah menyembunyikan satu ayat pun meskipun ayat itu berkenaan dengan diri beliau. Sehingga umat Rasulullah mendapatkan informasi Al Quran secara utuh, dari Al Fatihah sampai An Naas.
Ikhwan asahlah kemampuan komunikasi Anda, begitu juga akhwat. Meskipun akhwat memiliki kecerdasan bahasa yang lebih daripada laki-laki. Akhwat bersyukurlah jika mempunyai kecerdasan berkomunikasi. Sehingga kemungkinan anaknya mempunyai banyak kosakata. Kalau perempuan diem, anaknya pasti miskin kosa kata. Anak yang dirawat seorang ibu yang memiliki banyak kosa kata maka anak tersebut akan memiliki kecerdasan berbahasa.
Gimana caranya komunikatif? Seluruh Rasul punya sifat tabligh. Orang yang menyampaikan namanya mubaligh. Tapi yang disampaikan harus benar ya sesuai dalil.
Cara berkomunikasi yang baik:
Mengenali “bahasa” lawan komunikasi
QS Ibrahim: 4, “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”
Dengan bahasa kaumnya karena setiap karakter, kejiwaan, dan kemampuan berbeda-beda. Kalau kita berbicara dengan seseorang, kita harus memahami siapa lawan bicara kita. Berbicaralah sesuai kapasitas orang yang diajak bicara. Berbicaralah sesuai kadar pikir mereka. Manajer ketika berbicara dengan karyawan maka bicaralah dengan bahasa karyawan. Banyak orang pintar tapi tidak pandai berkomunikasi. Padahal, kepandaian seseorang itu dari kepandaian komunikasi. Begitupun bahasa tulisan. Komunikasi dengan tulisan pun harus pandai memilih kata. Ada orang yang mempunyai kecerdasan komunikasi dengan bahasa tubuh.
Fathonah
Seorang leader harus cerdas. Keberhasilan seorang pebisnis adalah cerdas melihat pasar/peluang. Orang yang mampu menangkap peluang adalah orang yang cerdas. Fathonah adalah kecerdasan yang merupakan sifat wajib para Nabi dan Rasul. Tidak ada Nabi yang gagal menangkap peluang. Kecerdasan tidak hanya tentang intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual.
Ciri-ciri orang pandai adalah pandai memberikan nasihat baik. Sehingga orang yang dinasihati tidak tersinggung. Itulah orang cerdas. Rasulullah ﷺ cerdas ketika menyampaikan dengan bahasa yang bagus.
- Cerdas di dalam menyampaikan berita atau kabar kebaikan.
- Cerdas memanage konflik
QS. Al Hujurat: 10, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
- Cerdas menyaring informasi
QS. Al Hujurat: 6, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Closing
1. Belajarlah berkomunikasi dengan siapa saja. Karena ini kunci kesuksesan.
2. Asah kecerdasan intelektual kita dengan banyak membaca. Asah kecerdasan emosional dengan memanfaatkan iman. Asah kecerdasan spiritual dengan mematangkan keislaman dan keimanan. Ketika kita mempunyai tiga kecerdasan ini, insyaallah kita akan sukses dalam apapun. Di samping sifat shiddiq dan amanah.
3. Kita akan gagal jika kita berbohong, tidak amanah, tidak komunikatif, dan tidak cerdas.