Dalam Kajian Adab Satnight (KAS) lalu telah membahas kitab hadits arbain Nawawi yang insyaAllah bermanfaat untuk kita semua terutama pada yang hadir sebagai jamaah juga pembaca catatan ini. Melanjutkan dari hadits Arba’in 15 yaitu ke 16. Disini menerangkan tentang “Jangan Marah”. Diriwayatkan dari hadis tersebut, ada cerita dari seorang sahabat Nabi yang Namanya tidak disebutkan, diceritakan bahwa ia meminta nasihat.
Dari Abu Hurairah, Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ل تغضب فردد مرارا قال ل تغضب عن أبي هريرة رضي َللا عنه أن رجل قال للنبي صلى َللا عليه وسلم أوصني قال Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 6116]
Maksud dari penjelasan hadits ini adalah marah memiliki 2 makna, yaitu: 1) menahan diri ketika ada sebab yang membuat kita marah hingga kita tidak marah. 2) tidak melanjutkan marahnya, jika ada yang mau marah hingga mau menalak istrinya, maka kita katakana, “Bersabarlah, tahanlah diri terlebih dahulu.” Sehingga ada marah yang diperbolehkan dalam Islam, misalnya saja ketika agama kita(Islam) diinjak-injak maka perlu ada movement dari diri.
Dalam Quran surat Al Imran ayat 133-134 memiliki arti “dan bersegeralah kalian menuju ampunan dan bersegeralah kalian menuju surge Allah. Luasnya surge itu yaitu seluas beberapa langit dan bumi”. Tentu ayat ini ada hubungannya dengan penjelasan hadits tentang marah, jadi barangsiapa yang bisa menahan amarahnya maka Allah berikan surga kepadanya. Maka orang ini bisa dikatakan taqwa karena ia bisa menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan saudara(manusia). Jikalau Allah bisa memberi maaf kepada hamba hamba Nya, lalu apa yang menjadi alasan kita untuk tidak memaafkan sesama manusia. Allah juga memuji orang yang dapat mengendalikan nafsunya ketika marah dan suka memberi maaf kepada orang lain.
Diriwayatkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda : “Barang siapa mampu menahan marahnya padahal ia sanggup untuk melampiaskannya, maka kelak Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segala makhluk, sehingga ia diberi hak memilih bidadari yang disukainya”.
Dalam hadits lain pun menjelaskan bahwa marah itu datangnya dari syaitan. Terdapat pada kisah nabi Yunus, diutusnya oleh Allah di sebuah wilayah pusat kejayaan namrud, dia bikin istana megah hingga sekarang masih ada. Nah ketika nabi Yunus berdakwah dari seratus ribu orang wilayah itu tidak ada satupun yg beriman, dia marah. Marahnya nabi yunus diabadikan Allah di Quran Surat 68 :48-50. Dalam perjalanan dia ingin naik kapal, selalu kapal yang ada penuh dengan penumpang dan barang salah satunya adalah dia harus berundi, yang menang nanti yang akan naik kapal. Tapi kalau kalah dilemparkan di dasar laut. Nabi Yunus mengira dia seorang Nabi maka pasti menang, tapi ternyata kalah. Diulangi lagi, kalah lagi. Akhirnya terjadi gelombang luar biasa. Kata nabi Yunus bilang gelombang ini menunjukkan ada yang salah yaitu aku. Lalu nabi Yunus melompat di dasar laut dan langsung ditelan oleh ikan paus yang mengantarkan nabi Yunus melintasi beberapa benua. Kalau sekiranya dia tidak mendapatkan nikmat dari Allah, sungguh nabi Yunus tidak akan keluar dari paus itu sampai kiamat. Inilah bahayanya marah! Ketika ia ditelan malah marah, lalu Allah pun mengingatkannya dengan hukuman beberapa lama di dalam perut ikan paus dan dikeluarkannya di antara jajaran orang shalih. Inilah menjadi salah satu bukti Allah sangat sayang pada hamba Nya meskipun berbuat kesalahan Allah tetap mengingatkan agar sadar dan segera bertaubat kepada Allah.
Ada beberapa hal yang dapat kita petik dari penjelasan hadits tadi yaitu:
1. Anjuran bagi setiap muslim untuk memberikan nasihat dan mengenal perbuatanperbuatan kebajikan, menambah wawasan ilmu yang bermanfaat serta memberikan nasihat yang baik
2. Semangatnya para sahabat, mereka mencari ilmu untuk diamalkan.
3. Larangan marah sampai diwasiatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikarenakan marah itu punya mafsadat yang besar. Ada yang sampai marah hingga mentalak istrinya. Ada yang sampai marah hingga berjanji tidak mau lagi berbicara, lalu akhirnya ia menyesalinya.
4. Islam melarang dari akhlak yang jelek.
5. Islam juga melarang hal-hal yang dapat menimbulkan marah dan berbagai dampak jeleknya.
6. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi wasiat “jangan marah” menunjukkan pentingnya wasiat ini.
Apa sih manfaatnya kita marah? Tidak ada guys… so kalua mau marah ditahan ya emosinya. Jangan sampai kebawa sama syaitan. Mereka akan bahagia jika kita tidak dapat menahan amarah. Tahu gak, kalua kita marah berarti jiwa kita gak baik. Lalu apa dong? Sakit jiwa? Hehe dipikir sendiri ya… sisi negatif lain dari marah yaitu menunda kita melakukan kebaikan dan mempermudah kita untuk melakukan keburukan. Nah loh? Udah berdosa karena marah-marah, ditambah melakukan keburukan. Double dong dosanya? Hayoo siapa yang mau menumpuk dosa. Gak mungkin kan? Caranya gimana dong untuk menahan amarah? Ya bisa dengan diisi kegiatan positif contohnya sedekah atau infaq atau memaafkan kesalahan mereka. Oleh karena itu, orang yang marah menyimpang dari keadaan normal, berkata yang bathil, berbuat yang tercela, menginginkan kedengkian, perseteruan dan perbuatan-perbuatan tercela. Semua itu adalah akibat dari rasa marah.
Semoga Allah melindungi kita dari rasa marah. Tersebut pada Hadits Sulaiman bin Shard : “Sesungguhnya mengucapkan ‘a’udzuubillaahi minasy syaithanirrajiim’ dapat menghilangkan rasa marah”. Karena sesungguhnya setanlah yang mendorong marah. Setiap orang yang menginginkan hal-hal yang terpuji, setan selalu membelokkannya dan menjauhkannya dari keridhaan Allah, maka mengucapkan “a’udzuubillaahi minasy syaithanirrajiim” merupakan senjata yang paling kuat untuk menolak tipu daya setan ini.
Berikut ini ada 5 tips untuk meredam marah, ada yang mau? Insya Allah bermanfaat ya. Kita pun bisa terapkan agar kita dapat mengendalikan diri kita ketika mau emosi:
1. Membaca ta’awudz, meminta perlindungan pada Allah dari godaan setan Kenapa sampai meminta tolong pada Allah agar dilindungi dari setan? Karena dalil-dalil berikutnya akan terlihat jelas bahwa marah bisa dari setan.
Maka kita mengamalkan firman Allah dari ayat berikut,
Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia” وإما ينزغنك من الشيطان نزغ فاستعذ باَلل إنه سميع عليم Maha Mendengar Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)2.
Diam Karena yang namanya marah itu jika keluar bisa jadi keluar kata-kata yang tidak Allah ridhai. Ada yang marah keluar kata-kata kufur, ada yang marah keluar kalimat mencaci maki, ada yang marah keluar kalimat laknat, ada yang marah keluar kalimat cerai hingga hal-hal sekitarnya pun bisa hancur. Kalau seseorang memaksa dirinya untuk diam ketika akan marah, hal-hal yang rusak tadi tidak akan terjadi. Ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, فليسكت أحدكم غضب إذا و “Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi).
3. Berganti Posisi Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, فليضطجع وإال ،الغضب عنه ذهب فإن ،فليجلس قائم وهو أحدكم غضب إذا “Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
4. Mengambil Air Wudhu Dari Athiyyah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إن الغضب من الشيطان وإن الشيطان خلق من النار وإنما تطفأ النار بالماء فإذا غضب أحدكم فليتوضأ“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
5. Ingat wasiat Nabi صلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلمصلى الله عليه وسلم dan janji beliau Dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan” من كظم غيظا وهو قادر على أن ينفذه دعأه هللا عز وجل على رؤوس الخالئق يوم القيامة حتى يخيره من الحور ما شاء memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (HR. Abu Daud, no. 4777; Ibnu Majah, no. 4186. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya hasan) Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, الجنة ولك تغضب ال “Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir. Lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, hadits ini shahih lighairihi).
Ada pesan juga nih yang disampaikan saat kajian, jadi kalau kalian ada keinginan untuk melakukan kebaikan maka jangan ditunda, bersegeralah.. karena kita pun tidak tahu berapa lama kita diberi kesempatan untuk tetap ada dalam kehidupan ini. Selain menahan amarah, ciriciri orang bertaqwa lainnya yaitu yang dermawan, rajin bersedekah. So do more positive things!!! Jangan lupa ditahan amarahnya ya akhi dan ukhti 😊
Narasumber : Ust. Jufri Ubaid, S.Ag