Resume Kajian MADANI 18 April 2020: Sa’id Ibn ‘Amir, Pemilik Kebesaran Dibalik Kesederhanaan

“Janganlah engkau menjerumuskan diriku ke dalam fitnah, wahai Amirul Mukminin?” Jawab Said bin Amir ketika ditawari jabatan walikota. “Tidak, demi Allah aku tidak akan membiarkanmu menolak. Apakah kamu hendak membebankan amanah dan Khalifah di atas pundakku lalu kamu meninggalkan diriku begitu saja?” Dengan suara tegasnya ketika mendengar jawaban penolakan dari Sa’id bin Amir untuk diserahi amanah sebagai walikota Homs, Suriah.

Setelah Masuk Islam

Sa’id bin Amir adalah salah seorang sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang utama, walau pun namanya tidak seharum nama mereka yang telah terkenal. Ia adalah salah seorang yang bertakwa dan tidak menonjolkan diri. Sa’id menganut Islam tidak lama sebelum pembebasan Khaibar. Sejak ia masuk Islam dan berbaiat kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, seluruh kehidupannya, eksistensi, dan nasibnya dibaktikan untuk kepentingan Islam dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Ketaatan, kezuhudan, kesalehan, keluhuran, ketinggian, serta segala sifat dan tabiat utama, sangat lekat pada diri manusia suci dan baik ini. Setelah masuk Islam, Sa’id bin Amir langsung berjihad dengan jihad fii sabilillah dengan ikut perang Qibar dan perang-perang lain yang tidak disebutkan.

  1. Sa’id bin Amir sebagai pemberi nasihat
    • Kepada Umar
    • Taqwa kepada Allah SWT
    • Ucapan dan perbuatan harus selaras
    • Mencintai hal-hal yang bermanfaat
    • Jangan lari dari kesulitan (jangan takut berlebihan pada saat seperti ini)
  2. Nasihat dari Rasulullah
    • Saat engkau berada dalam kondisi tidak nyaman, jagalah kalimat-kalimat taqwa (yaitu kehati-hatian dalam memahami kalimat dan bersikap)
    • Jangan takut celaan dalam ketaatan

Kepemimpinan Sa’id bin Amir

Wilayah yang akan dipimpin oleh Sa’id merupakan wilayah yang modern dan besar pada masa itu, menjadi pusat perdagangan yang penting. Banyak tempat yang dijadikan sebagai tempat berfoya-foya dengan gemerlapnya dunia, wilayah yang penuh godaan dan rangsangan duniawi. Umar memilih Sa’id bin Amir untuk mengemban amanah tersebut. Berangkatlah Sa’id dan istrinya ke Homs. Umar berkata bahwa ada 4 perkara yang diadukan oleh rakyatnya ketika melakukan kunjungan ke daerah Homs. Perkara itu:

  1. Ia tidak keluar untuk menemui mereka hingga menjelang siang. Karena pada pagi hari Sa’id sibuk mengurus kepentingan rumah seperti membuat roti, membersihkan rumah, berwudhu  lalu menemui rakyatnya.
  2. Ia tidak mau melayani orang pada waktu malam hari, karena Sa’id bin Amir mengkhususkan malamnya untuk beribadah (QS. 73:6-8)
  3. Setiap bulan ada dua hari di mana ia tidak mau keluar untuk mereka, sehingga mereka tidak bisa menemuinya. Sa’id bin Amir hanya memiliki satu pakaian dan pada 1 hari itu ia mencucinya dan menunggu hingga kering.
  4. Ada satu lagi yang membuat mereka merasa terganggu, saat Sa’id sewaktu-waktu jatuh pingsan. Itu terjadi karena teringat prosesi awal hijrahnya.

Sa’id pun melakukan pembelaan terhadap dirinya sendiri dan menjelaskan semua nya dengan kebenaran apa yang telah terjadi, dan dengan jawaban yang diberi oleh Sa’id, Umar pun terima. Wajah Umar berseri-seri ketika mendengar jawaban dari Sa’id dan berkata, “Alhamdulilah.” Pengaduan itu mengandung berkah sehingga terungkaplah sosok dari satu kebesaran pribadinya sebagai seorang pemimpin, kebesaran yang sangat menakjubkan.

Sa’id bin Amir berhijrah dengan titik awal saat dia masih menjadi kaum Quraisy ia melihat Khubaib bin ‘Adi dieksekusi oleh kaumnya. Ia melihat ketenangan Khubaib saat mau dieksekusi, Khubaib melakukan sholat 2 rakaat. Hikmah dari kejadian ini adalah:

  1. Iman akan memberi ketenangan
  2. Dalam kondisi apapun, sholat dan doa jangan lupa
  3. Saat kondisi buruk, pasti ada kebaikan sebagai hikmah
  4. Memperhatikan dan memahami menjadi penguat keimanan

Narasumber

Ust. Heru Kusumahadi, Lc, M.Pd.I

Ebook

chevron_left
chevron_right