Resume Kajian MADANI 17 Januari 2021: Khabbab ibn Arats, “Guru Besar dalam Kesabaran”

# Nasabnya #

Khabbab bernama asli Khabbab ibn Arats ibn Jandalah at-Tamimi (nama kunyah: Abu Abdillah). Tidak diketahui apakah Khabbab aslinya merupakan seorang merdeka atau bukan, tapi yang jelas dia ditawan. Pada masa jahiliyah, Khabbab ditawan lalu akhirnya menjadi budak dan dijual di Makkah. Khabbab dibeli oleh Ummu Anmar, Khabbab menjadi rekan Bani Zuhrah. Khabbab termasuk sahabat yang pertama kali masuk Islam di urutan keenam.

# Kondisi Khabbab ibn Arats pada Masa Jahiliyah #

Setelah dibeli Ummu Anmar, Khabbab dititipkan pada seorang pandai besi di Makkah untuk belajar buat pedang. Karena kecerdasannya, Khabbab mahir membuat pedang. Ketika semakin dewasa dan mahir membuat pedang, Ummu Anmar menyewa toko dan membeli peralatan. Kemudian, ditempatkanlah Khabbab ibn Arats sebagai pegawainya. Khabbab ibn Arats terkenal sebagai pembuat pedang yang mahir sehingga orang Makkah membeli pedangnya yang berkualitas bagus. Apalagi Khabbab ibn Arats terkenal amanah dan jujur. Di samping kehebatannya membuat pedang, Khabbab ibn Arats yang masih dalam kejahiliyahannya memiliki sifat mulia. Khabbab ibn Arats tidak pernah melakukan kekufuran. Di samping itu, Khabbab ibn Arats masih muda dan cerdas. Dia berpikir seperti laki-laki dewasa sehingga dia merenung, “Kenapa masyarakat menyembah patung? Kenapa mereka minum khamr? Kenapa mereka saling membunuh? Sampai kapan ada kedzholiman ini? Kapan ada cahaya datang?”

# Keislamannya #

Belum berlangsung lama dari renungan tadi, Khabbab ibn Arats mendengar dari mulut ke mulut ada seorang pemuda pilihan dari Bani Hasyim namanya Muhammad ibn Abdillah. Khabbab ibn Arats masuk Islam ketika Nabi ﷺ masih dalam dakwah sirriyah (sembunyi-sembunyi). Setelah mendengar dakwah Rasulullah ﷺ, dia langsung bersyahadat. Khabbab ibn Arats masuk Islam sebelum Nabi ﷺ masuk Darul Arqam. Karena dia termasuk golongan yang pertama masuk Islam, tentunya banyak kesengsaraan yang dia hadapi, seperti dikuliti :” Dalam masa seperti itu, dia dapat banyak siksaan sampai hampir tidak kuat dan menemui Nabi ﷺ yang sedang bersandar di samping Ka’bah.

Khabbab ibn Arats: “Sungguh, kami telah menjumpai banyak penindasan dari kaum Musyrik. Wahai Rasulullah, tidak kah engkau berdo’a untuk kami?”

Rasulullah ﷺ: “Sungguh, wahai Khabbab. Orang-orang sebelum kalian disisir dengan sisir besi. Karena itu, punggungnya sampai keluar daging dan tulangnya. Meskipun demikian, dia tidak beralih dari agamanya. Gergaji diletakkan di tengah kepalanya kemudian dia dibelah menjadi dua tetapi hal itu tidak menjadikannya keluar dari agamanya. Sungguh, Allah akan menyempurnakan agama ini hingga datang seorang penunggang wanita dari Shana’a ke Hadlramaut, tidak takut kecuali kepada Allah dan kecuali atas serigala terhadap kambing-kambingnya.”

Ini menunjukkan bahwa Islam akan aman. Tapi, tidak jadi dalil bahwa wanita boleh berpergian sendirian tanpa mahram yaaa. Wanita kalau safar harus bersama mahramnya yaa.

Kalau kita merasa menderita dalam berislam, lihatlah orang-orang terdahulu! Khabbab ingin curhat kepada Rasulullah agar Rasulullah berdo’a karena dengan do’a Nabi pasti terjadi, kan?

Seperti do’a Nabi Nuh, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”

Maksud Khabbab mungkin seperti itu, tapi Nabi ﷺ mengajarkan Khabbab kesabaran.

QS. At Taubah: 8 dan 10

Ketika orang kafir menjadi mayoritas tidak peduli perjanjian dan hubungan kekerabatan, pasti kaum muslimin ditindas. Adapun ketika orang kafir menjadi minoritas, maka mereka teriak-teriak “Toleransi~ toleransi~”

Makanya, ketika orang kafir mayoritas di Suriah, ada pernyataan “daripada diperkosa, dizinahi, dihamili orang kafir bunuh diri aja.”

Boleh ngga kayak gitu?

Jawabannya… Khabbab ibn Arats ketika mendapatkan sakit parah berkata,

“Andaikan Rasulullah ﷺ tidak melarang kami minta mati, pasti saya berdo’a minta mati.”

Jadi, jawabannya tidak boleh yaa~

Ibnu Abbas pernah sakit keras dan berdo’a minta mati. Kata Nabi ﷺ, “Wahai paman, janganlah engkau minta mati. Andaikan engkau diberi umur satu hari saja dan menambah kebaikan di atas di atas kebaikan jauh lebih baik. Atau jika engkau orang buruk, ditambah satu hari dan taubat maka itu jauh lebih baik bagi engkau. Jadi jangan sekali-sekali minta mati.”

Kalau pun terpaksa minta mati, maka do’a yang diajarkan oleh Nabi ﷺ adalah

“Ya Allah, hidupkanlah aku jika hidup lebih baik bagiku dan wafatkan aku jika wafat lebih baik bagiku.”

Jadi, seburuk apa pun kondisinya, kita tidak boleh berdo’a meminta mati.

Yang perlu diingat juga, yang namanya ujian itu kan macam-macam. Jangan dikira hidup nikmat bergelimang harta itu bukan ujian. Padahal, itu fitnah.

Dalam QS. Al Anbiya: 35, Allah Ta’ala berfirman, “…Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). …”

Bahkan, yang dikhawatirkan Rasulullah ﷺ adalah ketika orang terfitnah dengan dunia.

# Kepribadian Khabbab ibn Arats #

Ketika masuk Islam, Khabbab sama sekali tidak menyembunyikan keislamannya. Padahal, saat itu orang Islam boleh menyembunyikan keislamannya sebagaimana yang dilakukan oleh Ammar ibn Yasir. Tapi jangan sampai menyembunyikannya terus-terusan yaa. Zaman Islam sudah kuat tapi kok masih menyembunyikan, munafik itu namanya. Khabbab ibn Arats berani dan tidak pernah menyembunyikan keislamannya.

Ketika Ummu Anmar tau Khabbab ibn Arats masuk Islam, dia marah. Ummu Anmar langsung memanggil saudaranya, Siba’ ibn Abdul Uzza, bersama banyak orang menemui Khabbab yang sedang membuat pedang.

Siba’ : “Hei Khabbab, sungguh kami telah mendengar berita yang tidak kami percaya.”

Khabbab : “Apa itu?”

Siba’ : “Orang-orang bilang bahwa kamu telah shaba’ta (masuk Islam) dan kamu sekarang mengikuti anak dari bani Hasyim.”

Khabbab : “Aku tidak pernah melakukan shaba’tu (murtad dalam versi masyarakat jahiliyah) tetapi aku beriman kepada Allah, hanya beriman kepada Allah, meninggalkan patung berhala kalian, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.”

Akhirnya Khabbab langsung disiksa; dipukuli, ditendangi sampai jatuh pingsan bersimbah darah.

# Kesabaran Khabbab #

Betapa Khabbab bersabar dan istiqomah. Jika kita merasakan penyengsaraan dan penderitaan, ingat penderitaan mereka jauh lebih besar. Penderitaan kita belum ada apa-apanya. Pemuda Islam harus cita-citanya tinggi, seperti Khabbab ibn Arats.

Dalam shahih Bukhari, Khabbab berkata,

“Saya dulu seorang pandai besi di Kota Makkah. Ash ibn Wa’il memesan pedang kepadaku. Kemudian, Khabbab masuk Islam dan mendatangi Ash ibn Wa’il untuk menagih hutang pembayaran pedangnya.

Ash ibn Wa’il berkata, ‘Saya gak akan bayar utangku sampai kamu kafir kepada Muhammad.’ Khabbab berkata, ‘Saya tidak akan kafir kepada Muhammad sampai Allah mematikanmu kemudian menghidupkanmu.’

Ash ibn Wa’il berkata, ‘Kalau Allah mematikanku kemudian membangkitkanku, pasti aku punya harta dan anak banyak.’”

Maka Allah menurunkan QS. Maryam: 77,

“Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: ‘Pasti aku akan diberi harta dan anak.’”

Khabab ibn Arats setelah miskin, Allah memberikannya kekayaan dinar dan dirham yang disimpan di rumahnya. Bentuk kedermawanannya adalah dinar dan dirham diletakkan di rumahnya tanpa ditutupi dan disembunyikan agar siapa pun orang yang butuh dapat mengambil secukupnya.

Salah satu peristiwa yang terjadi antara Khabbab dan para sahabat.

Suatu ketika, Khabbab masuk ke rumah Umar ibn al Khattab. Maka, Umar ibn al Khattab menyuruh Khabbab duduk di tempat di mana biasanya Umar bersandar.

Umar : “Tidak ada yang berhak duduk di atas tempat ini daripada Khabbab kecuali satu orang.”

Khabbab : “Siapa dia, wahai Amirul Mukminin?”

Umar : “Bilal”

Khabbab : “Sungguh, Bilal tidak lebih baik daripada saya. Bilal dulu ketika ditindas masih memiliki pelindung dari orang Musyrik yang melindungi dia, tapi saya nggak punya. Sungguh, pernah pada suatu hari mereka menyeretku kemudian mereka menyalakan api. Setelah itu, mereka mengulitiku dan aku diletakkan di atas api itu. Kemudian, ada seseorang yang meletakkan kakinya di atas dadaku. Sungguh, tidak ada apa pun antara aku dengan api kecuali punggungku.”

Setelah itu, Umar membuka punggungnya dan terdapat banyak luka bakar.

Sekilas mungkin Khabbab terdengar seperti orang sombong ya… Meskipun ada riwayat seperti ini, jangan diterima 100%. Para sahabat itu orang mulia. Padahal, Nabi ﷺ mengatakan, “Tidak bakal masuk surga siapa pun yang di dalam hatinya ada sifat sombong meskipun sebesar biji sawi.”

Apa coba yang mau kita sombongkan? Harta dari Allah, lahir karena Allah, yang menjadikan kita manusia adalah Allah. Lantas, kenapa kita sombong? :” Padahal, semuanya datang dari Allah. Kalau bukan karena Allah, kita bukan siapa-siapa.

Berkaitan dengan penindasan, orang yang tertindas pada hari kiamat akan banyak yang iri dengan pahalanya. Nabi ﷺ mengatakan, “orang-orang ahlul afiyah (yang tidak pernah mendapatkan penindasan) sangat berharap ketika orang-orang yang dahulu di dunia mendapat bala’ sekiranya dahulu ketika hidup di dunia kulit mereka disayat pakai gunting.”

Ketika ada seorang muslim disiksa karena menjaga agamanya, pahalanya besar di hadapan Allah sampai orang yang nggak pernah dapat ujian seperti itu iri, saking besarnya pahala yang diberikan Allah.

# Pengaruh Besar Khabbab ibn Arats dalam Masuk Islamnya Umar ibn al-Khattab #

Orang Islam itu belum baik (sempurna Islamnya) kalau dia hanya “yang penting aku baik”. Islam menjadi sempurna jika kita menjadi agen perbaikan untuk orang lain. Di samping kita baik, jadikan orang lain juga baik. Kalau kita tau suatu kebaikan, jangan disimpan sendiri. Ibarat kalau masuk surga jangan sendirian, ajak yang lain karena orang masuk surga itu berjama’ah. Intinya dalam berislam kita harus amar ma’ruf nahi munkar. Inilah yang dilakukan Khabbab ibn Arats.

Khabbab ibn Arats sering mendatangi rumah Fatimah untuk mengajari bacaan Quran. Karena kata Nabi ﷺ, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Quran dan mengajarkannya.”

Pada suatu hari, ketika Khabbab ibn Arats mengajari Fatimah dan suaminya (Said ibn Zaid) Al Quran, terdengar suara Umar yang membawa pedang (yang akan membunuh Rasulullah ﷺ). Kata orang kepada Umar, “kamu ngapain ke Rasulullah, padahal adikmu Fatimah masuk Islam.” Langsung Umar datang ketika Fatimah belajar Al Quran bersama Khabbab. Khabbab disuruh sembunyi sama Fatimah. Saat itu, mereka belajar QS. Thaha. Ketika Umar masuk, mereka gelagapan.

Umar : “Aku mendengar kamu sudah masuk Islam.”

Akhirnya Said ibn Zaid dipukul sampai jatuh. Fatimah gak terima dan membalasnya. Ketika Fatimah berdarah, Umar menyesal. Kemudian, mereka mengaku bahwa mereka sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Lalu, Umar menyesal dan bertanya apa yang mereka bawa. Setelah itu, Umar membaca QS. Thaha dan takjub dengan bacaan itu. Ketika mendengar itu, Khabbab keluar, “Hai Umar, sungguh aku berharap kamu adalah orang yang didoakan khusus oleh Rasulullah ﷺ.”

Karena Nabi berdo’a, “Ya Allah, kuatkanlah islam dengan salah satu dua Umar; Umar ibn al-Khattab atau Amru ibn Hisyam (Abu Jahal)”

Setelah Umar masuk Islam, mereka mendatangi Nabi Muhammad ﷺ dan Umar pun masuk Islam.

MasyaAllah, berarti Khabbab menjadi wasilah masuk Islamnya Umar.

Jika kita bisa menjadi wasilah Islamnya seorang manusia, semua amal shalih yang dia lakukan kita dapat pahalanya tanpa mengurangi pahalanya.

Maka, ketika Nabi mengirim Ali untuk menaklukan Kota Khaibar, Nabi berpesan, “Majulah pelan-pelan. Demi Allah, kalau Allah memberikan hidayah kepada satu orang lewat kamu itu lebih baik bagimu daripada onta-onta yang merah (perhiasan bangsa Arab yang paling mahal).”

# Wafatnya #

Khabbab ibn Arats wafat di Khufah, Iraq pada tahun 37 H (umur: 73 tahun). Yang menjadi imam shalat: Ali ibn Abi Thalib setelah pulang dari Perang Shiffin. Setelah itu, Ali menguburkan Khabbab. Di atas kuburnya, Ali berkata, “Semoga Allah merahmati Khabbab, sungguh dia telah masuk Islam dalam kondisi semangat masuk Islam. Kemudian hijrah dalam kondisi taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan hidup sebagai seorang Mujahid.”

# Sesi QnA #

  1. Kiat-kiat bersabar selain mempelajari siroh?
  2. Minta kepada Allah keistiqomahan, “yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik” dengan tulus.
  3. Iman pasti naik turun, berdo’a “Ya Allah, hindarkan saya dari fitnah yang menyesatkan.”  dan berdo’a meminta afiyah
  4. Andaikan kita mendapatkan cobaan, bersabarlah karena cobaan kita belum seberapa dibanding terdahulu. Hidup di dunia ini tidak ada apa-apanya.
  5. Ingat-ingat pahalanya. Sabar itu pahalanya besar. Pahala shadaqah dilipatgandakan 70x lipat. Baca Quran per huruf 10 kebaikan. Tapi kalau sabar? Kata Allah, “Hanya orang-orang yang bersabar lah diberi pahala tanpa batas.”
  6. Yakin bahwa Allah tidak mungkin menyia-nyiakan kita.
  • Kapan kita harus bersabar? Bagaimana tolok ukur kesabaran?
  • Sabar; makna asalnya adalah menahan. Kondisi orang ketika tertimpa musibah kan macam-macam, yaitu mengeluh, marah, sabar. Yang diminta Allah itu bersabar. Yang lebih tinggi dari sabar adalah bersyukur. Sabar adalah menahan lisan, hati, anggota tubuh jangan sampai melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah.

Sabar ada 3 macam:

  1. sabar dalam menjalankan ketaatan
  2. sabar dalam menghindari maksiat
  3. sabar dalam menghadapi takdir-takdir yang buruk
  • Jika kita berniaga dengan orang kafir atau orang muslim yang mengolok-olok Islam, pilihannya menegur dan kita akan kehilangan perniagaan atau kita abaikan? Sikap kita sebagai muslim bagaimana?
  • Karena banyak kaum muslim, tinggalkan saja, cari teman yang baik.

# Closing Statement #

Dari kisah Khabbab ibn Arats, pelajaran pertama adalah bersabar dalam menghadapi musibah, berani terang-terangan menunjukkan keislamannya padahal minoritas, dermawan, menjadi penyebab masuk Islamnya Umar, pengajar Al Quran. Bagi para pemuda, ambil pelajaran beraninya, sabarnya dalam ketakwaan, semangatnya dalam mendakwahkan Islam. Mari kita tunjukkan kepada Allah bahwa kita mempersembahkan sesuatu untuk Islam. Kebaikan jangan berhenti di kita, sampaikan kepada orang lain. Karena barangsiapa menunjukkan kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya.

chevron_left
chevron_right