Resume Majelis Teladan Islami Juni 2021: Ja’far bin Abi Thalib, “Pemilik Sepasang Sayap”

Biografi Singkat

  1. Nasabnya = bin Syaibah bin Hasyim bin Manaf bin Fihr
  2. Ja’far bin Thalib adalah kakak (10 tahun lebih tua) dari Ali bin Abi Thalib.
  3. Ja’far bin Abi Thalib adalah sepupu Rasulullah ﷺ. Karena ayahnya, Abi Thalib, bersaudara dengan Abdullah dan Abbas.
  4. Ja’far termasuk assabiqunal awwalun dan pelaku dua hijrah.
  5. Ja’far merupakan sosok yang memiliki kemiripan fisik dan akhlak dengan Rasulullah ﷺ.
  6. Ja’far diplomat ulung dari kalangan sahabat.
  7. Laqab (julukan) dari Ja’far bin Abi Thalib adalah Abil Masakin (bapaknya orang miskin saking dermawannya), Dzul Janahaini (dua sayap), At Thayyar (burung), Shahibul Hijrataini (sosok yang sempat melakukan hijrah 2x, yang pertama naik kapal dan yang kedua jalan kaki. Rutenya berbeda dengan Rasulullah ﷺ, yang pertama ke Habasyah dan yang kedua Habasyah langsung ke Madinah).

Keluarganya

Abi Thalib mempunyai 8 anak, 4 di antaranya yaitu Thalib bin Abi Thalib, Aqil bin Abi Thalib, Ja’far bin Abi Thalib, Ali bin Abi Thalib. Keluarga Abi Thalib adalah keluarga “miskin”, tapi secara strata sosial itu tinggi (karena Quraisy). Seharusnya, mereka termasuk orang-orang terpandang. Kisah keluarga Abi Thalib berbeda dengan kisah yang lain. Abi Thalib mempunyai saudara namanya Abbas, yang kekayaannya luar biasa. Ibnu Abbas, anaknya Abbas, kekayaannya juga luar biasa. Namun, keluarga Abi Thalib secara finansial tidak teriwayatkan punya harta yang banyak, bahkan terkesankan punya kekurangan. Ternyata, hal itu karena keluarga Abi Thalib telah dididik oleh Abi Thalib lebih kepada kedermawanan, bukan kepada finansial.

Sang Diplomat Ulung

Ja’far bin Abi Thalib termasuk sahabat yang sempat hijrah 2x. Hijrahnya Rasulullah ﷺ ke Madinah, bukan ke Habasyah. Kenapa mendadak ke Habasyah dan yang menjadi komando adalah Ja’far bin Abi Thalib? Karena pada saat itu, kaum muslimin diuji keimanannya. Ingat, Ja’far bin Abi Thalib termasuk assabiqunal awalun dan keluarga Abi Thalib secara sosial harusnya tinggi tetapi secara perekonomian kurang. Akhirnya, mereka mengalami penindasan meskipun nggak parah. Banyak yang dizhalimi. Akhirnya, Rasulullah ﷺ mengatakan, “Silakan engkau hijrah ke Habasyah karena di sana ada raja yang ketika kau di dalamnya, engkau tidak akan mendapatkan penganiayaan.”

Di Mekkah, kaum Muslimin yang tidak memiliki bargaining position yang baik secara nasab, tidak dilindungi oleh kalangan kabilah Arab yang punya nama hingga akhirnya dianiaya. Rasulullah ﷺ meminta untuk mencari tempat yang nyaman agar tidak dizhalimi. Yang menarik… Pas berangkat ke Habasyah untuk menjauhi kezhaliman, ternyata tokoh yang diutus oleh Rasulullah ﷺ untuk pindah dari Mekkah ke Habasyah adalah tokoh yang memiliki nama di Mekkah, antara lain Ummu Habibah (anak dari tokoh no 1 kaum Quraisy, Abu Sufyan bin Harb), Ja’far bin Abi Thalib sebagai komandan, Asma’ binti Umais (istri dari Ja’far bin Abi Thalib), dan Ummu Salamah binti Abi Umayyah.

Hijrahnya Ja’far bin Abi Thalib

Hijrah yang pertama ke Habasyah adalah untuk mengguncang tatanan kekerabatan dan penyebaran Islam. Ketika mereka sampai di Habasyah, mereka ditemui oleh Raja Najasyi. Sehingga terjadi dialog dan yang diutus untuk berdialog dengan Raja Najasyi adalah Ja’far bin Abi Thalib. Karena identiknya keluarga Abi Thalib adalah cerdas, sehingga diharapkan Ja’far bisa berdiskusi dengan Raja Najasyi.

Yang menarik… Dikisahkan oleh Ummu Salamah, ketika mereka datang, Raja Najasyi agak kaget, “Katanya di sana dizhalimi, disakiti? Kok yang berangkat orang-orang terkemuka yang seharusnya nggak disakiti di sana?” Kan agak aneh yaa.. Seharusnya yang berangkat Bilal bin Rabah, Yasir bin Amr, atau Ammar bin Yasir. Ini kok malah Ja’far? Bertanya-tanyalah Raja Najasyi yang cerdas, “Ada apa di Mekkah?” gitu kan..

Ternyata bener, kaum kafir Quraisy mengirim dua utusannya saat itu, Abdullah bin Abi Rabiah dan Amr bin Ash (diplomat ulungnya kaum kafir Quraisy saat itu). Dikirimnya dua orang ini ke Habasyah dengan tujuan meminta Raja Najasyi untuk memulangkan kelompoknya Ja’far bin Abi Thalib ke Mekkah. Menariknya, Amr bin Ash tidak mau berdebat dengan Ja’far bin Abi Thalib. Maka, Amr bilang ke Raja Najasyi, “Wahai Raja, mereka ini adalah kelompokku, bangsaku. Mereka punya agama yang berbeda dengan agamaku dan berbeda dengan agamamu. Mereka tidak mau mengikuti agamaku dan mereka tidak mau mengikuti agamamu. Maka, yang lebih tau tentang mereka adalah aku. Pulangkan mereka ke Mekkah tanpa perlu engkau panggil untuk engkau ajak berkomunikasi.”

Raja Najasyi pun marah dan dipanggil-lah Ja’far bin Abi Thalib dan beberapa sahabat untuk dihadapkan dengan Amr bin Ash yang masih kafir saat itu. Berdebatlah mereka. Pas kenanya, Ja’far bin Abi Thalib membaca QS. Maryam tentang Nabi Isa dan Maryam yang notabenenya Raja Najasyi adalah pendeta. Di situlah, Raja Najasyi tersentuh dengan Al Quran. Akhirnya, apapun logika Amr bin Ash termentahkan oleh Al Quran. Kemudian, diriwayatkan bahwa Raja Najasyi masuk Islam. Diplomat ulung… Mengguncang tatanan. Kok bisa? Iya lah, kan Rasulullah ﷺ strateginya menggunakan wahyu. Hijrah pertama mengguncang untuk kekerabatan dan penyebaran Islam. Sehingga, Raja Najasyi bisa bertanya-tanya dan Islam menyebar langsung ke Afrika. Hijrah pertama adalah bukti kecerdasan politik Rasulullah ﷺ yang mengguncang tatanan kekerabatan kaum Quraisy saat itu, di mana Rasulullah ﷺ mengutus sahabat yang ingin berhijrah adalah mereka dari kaum terpandang. Sehingga, dari ide brilian ini lah Islam semakin diketahui banyak orang.

Sedangkan, hijrah ke-2 ke Madinah adalah mengubah. Hijrah yang mengawal perubahan-perubahan besar dalam penyebaran Islam. Konsepnya diawali dengan pembangunan masjid dan persaudaraan. Di situlah cikal bakal Islam akan digdaya saat hijrah kedua. Ja’far bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Muadz bin Jabal.

Pemilik Dua Sayap

Diriwayatkan, lama Ja’far bin Abi Thalib berada di Habasyah bermacam-macam, ada yang 10 tahun, 12 tahun, atau 14 tahun. Ja’far bin Abi Thalib adalah sosok sahabat seperti sahabat umumnya, yang ketika ada perang ingin ikut berperang dengan Rasulullah ﷺ. Ketika Ja’far bin Abi Thalib pulang dan sampai di Madinah, ia mendapati Rasulullah ﷺ Perang Khaibar melawan yahudi. Dalam riwayat pertama, Ja’far bin Abi Thalib langsung berangkat ke Khaibar dan bertemu dengan Rasulullah ﷺ. Dalam riwayat yang lain, ketika pulang dari Habasyah di Madinah, ia sudah bertemu Rasulullah ﷺ sepulang dari Khaibar. Menariknya… Yang diucapkan Rasulullah ﷺ adalah… “Aku tidak tau manakah yang menyebabkan aku bahagia hari ini. Apakah karena aku memenangkan Khaibar atau karena kedatangan Ja’far.” Jadi, Ja’far bin Abi Thalib adalah sosok yang sangat dirindukan Rasulullah ﷺ.

Setelah Perang Khaibar, nggak sampai 1 tahun kemudian, terjadi perang melawan Romawi pertama kali yang dikenal dengan perang Mu’tah. Perang Mu’tah terjadi karena ketika Rasulullah ﷺ sudah mulai mengirimi surat-surat kepada beberapa penguasa di sekitar Jazirah Arab, delegasi Rasulullah ﷺ yang dikirim ke Romawi dibunuh. Marahlah Rasulullah ﷺ dan terjadilah Perang Mu’tah. Perang Mu’tah ini sudah diprediksikan oleh Rasulullah ﷺ dengan sabdanya, “Wahai sahabat-sahabatku, engkau akan berperang Mu’tah. Maka, yang menjadi pemimpin pertama adalah Zaid bin Haritsah. Kalau Zaid bin Haritsah terbunuh, komando kedua adalah Ja’far bin Abi Thalib. Kalau Ja’far bin Abi Thalib syahid, yang menggantikan adalah Abdullah bin Rawahah.”

Setelah syahidnya Zaid bin Haritsah, panji Islam dipegang oleh Ja’far bin Abi Thalib dengan tangan kanan dan terputus di sikunya. Kemudian, panji itu dipindahkan ke tangan kiri dan terputus di sikunya. Kemudian, panji itu didekap dengan lengannya yang masih tersisa dan terputus juga. Kemudian, syahid lah Ja’far bin Abi Thalib. Itulah kenapa Ja’far bin Abi Thalib memiliki gelar “Pemilik Dua Sayap”. Tangannya tergantikan dengan sayap-sayap untuk mengikuti malaikat terbang…Ketika datang berita tentang syahidnya Ja’far bin Abi Thalib, Nabi ﷺ mendatangi istrinya dan berkata, “Malaikat Jibril menginformasikan tentang syahidnya Ja’far bin Abi Thalib. Dengan dua sayap itulah, Ja’far bin Abi Thalib membersamai malaikat ke surganya Allah.”

chevron_left
chevron_right