Resume MJN 10 Januari 2020: Perang Hunain Bagian 2, Pengepungan Kota Thoif

Rasulullah dan para sahabat melakukan pengepungan kota thaif, perang ini pada hakikatnya merupakan perpanjangan dan kelanjutan dari Perang Hunain. Beliau melanjutkan perjalanan hingga tiba di Tha’if. Beliau berhenti tak jauh dari benteng pasukan kota thaif dan berkubu di sana. Kemudian beliau memerintahkan untuk mengepung benteng tersebut. Rasulullah dan para sahabat menggunakan peralatan-peralatan baru di dalam melakukan peperangan ini digunakan meriam batu yang menggunakan system seperti tuas dan pegas untuk melemparkan batu ke dinding kota yang tinggi, dan menggunakan api yang disebut dalam sejarah sebagai api yunani untuk menyerang benteng pertahanan kota thaif. Namun, kota thaif karena memiliki perbekalan logistic yang mencukupi sehingga dapat bertahan dengan kokoh. Tetapi dari peperangan ini Rasulullah mendapatkan ghanimah atau rampasan perang yang sangat besar dari peperangan dengan orang- orang thaif ini di tempat yang dapat kita sebut sebagai Hunain. Dari Perang Hunain ini Allah SWT seakan memperingatkan kepada kaum muslimin bahwa kekuatan mereka tidak terletak pada jumlah pasukan yang besar. Kaum Hawazin dan Tsaqif berjumlah hanya 3000 orang sementara kaum muslimin berjumlah 12.000 orang (10.000 orang berasal dari madinah yang ikut bersama Rasulullah yang mengikuti Fathu Makkah yang dan 2000 orang adalah orang-orang mekkah yang baru masuk islam). Namun, walaupun jumlah dari orang-orang thaif dalam perang ini lebih sedikit tapi perlawanan melawan orang-orang thaif tidaklah mudah, Karena orang-orang thaif membawa serta seluruh keluarganya dan mengerahkan seluruh harta bendanya secara totalitas untuk melawan kaum muslimin. Orang- orang thaif berprinsip bahwa apabila kita mempertaruhkan apa yang kita miliki secara totalitas dalam sebuah pertempuran maka kita akan berjuang habis-habisan lebih keras lagi untuk melakukan sebuah pertempuran.

Ketika Perang Hunain Rasulullah ditinggalkan oleh mayoritas pasukannya karena keadaan peperangan yang sungguh kacau sekali banyak serangan anak panah dari atas, tombak-tombak dan tembakan-tembakan batu. Sehinggga hanya menyisakan kurang lebih sekitas 40 orang sahabat pilihan bersama Rasulullah memperjuangkan peperangan. Orang-orang ini adalah serangkaian orang yang sudah terbina menjadi kader-kader Rasulullah sehingga menjadi orang yang teguh dan kokoh selalu membersamai Rasulullah SAW apapun keadaannya. Diantara 40 orang pilihan yang bertahan adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash Shiddiq, dan Abbas. Abu Sufyan yang terlalu membanggakan dan beranggapan tidak akan pernah terkalahkan karena jumlah kita yang lebih besar dari orang-orang thaif yaitu sebanyak 12.000 di kekacauan di perang ini menjadi orang yang terdepan yang lari meninggalkan Rasulullah. Kunci kemenangan dari peperangan ini adalah karena adanya orang-orang anshar yang terbiasa memanjat pohon kurma, kemudian orang-orang anshar itu memanjat tebing-tebing pertahanan orang thaif dan menyerang pasukan musuh dari atas. Dari peperangan ini suku Hawazin dan Tsaqif meninggalkan Ghanimah yang sangat besar yaitu ribuan ekor unta, kambing tawanan wanita dan anak-anak kemudian dibawa ke ji’ranah dan menetap disana selama 10 hari. Selama itu beliau belum membagi harta rampasan dan menangguhkannya, dengan harapan ada utusan Hawazin yang datang kepada beliau untuk memohon amnesti agar mereka bisa mendapatkan kembali barang-barang milik mereka.

Ketika pembagian ghanimah ini terjadi peristiwa bersejarah yang sangat luar biasa yaitu Rasulullah membagikan ghanimah dengan jumlah yang besar kepada mualaf mekkah yang baru saja masuk islam yang lari pada perang hunain paling depan salah satu nya Abu Sufyan dan keluarganya. Sedangkan orang-orang anshar tidak dibagikan ghanimah oleh Rasulullah. Pada mulanya kebijakan yang ditetapkan oleh Rasulullah ini diprotes oleh beberapa orang-orang munafik dari kaum anshar. Mereka tidak menerima kebijakan yang tidak adil ditetapkan oleh Rasulullah. padahal orang-orang anshar lah yang menjadi kunci kemenangan dari Perang Hunain ini. Kemudian Rasulullah SAW memanggil Sa’d bin Ubadah (pemimpin kaum anshar saat itu). Sa’d bin Ubadah menyampaikan keganjalan hati dari kaum anshar tentang kebijakan Rasulullah tersebut. Kemudian rasulullah memerintahkan Sa’d bin Ubadah untuk mengumpulkan kaum anshar di ladang pengembalaan kambing untuk mendapatkan penjelasan terkait kebijakan dari Rasulullah tersebut.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda “Wahai orang-orang Anshar, Bukankah aku datang kepada kalian dimana kalian dalam keadaan tersesat lalu aku bawakan hidayah, kalian dalam keadaan tercerai berai lalu Allah mempersatukan kalian melalui aku, kalian dalam keadaan hina lalu Allah memuliakan kalian karena kedatanganku, kalian dalam keadaan miskin lalu Allah mencukupi kalian karena aku.” Orang anshar tertunduk dan membenarkan apa yang disabdakan Rasulullah. Rasulullah kemudian bertanya “Mengapa kalian tidak membantahku orang-orang anshar ? ” lalu orang-orang anshar mndongak dan bertanya “Dengan apa kami harus menjawabmu Ya Rasul ” Kemudian Rasulullah bersabda “Wahai orang-orang Anshar, seandainya kalian ingin menjawab maka kalian benar dan dibenarkan kalian bisa mengatakan kepadaku ‘Wahai Rasulullah engkau datang kepada kami dalam keadaan terusir lalu kami menampungmu, engkau datang kepada kami dalam keadaan terhina lalu kami jadikan engkau pemimpin, engkau datang kepada kami dalam keadaan miskin bersama kaummu lalu kami tampung dan kami berikan kepadamu apa yang kami punya’ jika kalian mengatakan itu maka kalian benar lagi dibenarkan ” Orang-orang anshar pun menangis dengan air mata yang bercucuran. “Tidak tidak ya Rasulullah yang benar adalah yang pertama bukan yang kedua”. Kemudian Rasulullah bersabda “Wahai orang-orang Anshar apakah kalian tidak ridha dengan sampah dunia yang sedikit ini aku hendak memberikan kepada orang-orang yang ragu dengan islam ini agar mereka kuat keyakinannya, sementara keimanan dan keislaman kalian tidak pernah aku ragukan”. Rasulullah disini bertanya dengan meyakinkan orang-orang anshar bahwa apakah orang-orang anshar tidak ridha orang-orang yang belum kuat imannya membawa pulang kambing dan unta sementara orang-orang anshar membawa pulang Allah dan Rasulnya. Disini Rasulullah menegaskan bahwa beliau tidak pulang ke Mekkah melainkan akan pulang ke Madinah. Kemudian orang-orang anshar berkata “Ya Rasulullah kami Ridho terhadap pembagianini” Kemudian Rasulullah mengangkat tangannya ke langit dan mendoakan Kaum Anshar agar dilimpahkan keberkahan.

Hikmah yang dapat diambil dari kalimat-kalimat yang disabdakan Rasulullah adalah:

  1. Memberi penyadaran bahwa orang-orang Anshar banyak mendapat kebaikan karena hijrah Rasulullah pada kaum Anshar
  2. Mengatakan bahwa orang-orang Anshar diberikan hak untuk membantah, menyanggah dan mendebat Rasulullah (Hal ini merupakah wujud sikap Tawadhu’ dari Rasulullah)
  3. Rasulullah menekankan bahwa harta dunia tidak bernilai (Sampah dunia), pemberian harta dunia tersebut bertujuan agar orang-orang yang baru masuk islam semakin kuat keimanan dan keislamannya.
  4. Meyakinkan orang-orang Anshar bahwa Rasulullah adalah bagian dari mereka.
  5. Mendoakan orang-orang Anshar dan keturunannya.

Pada peristiwa pembagian ghanimah di ji’ranah ada peristiwa seorang Badui dari bani Tamim yaitu Dzulqaisirah At Tamimi mengatakan “sesungguhnya pembagian ini tidak dimaksudkan untuk meraih ridha Allah SWT” kalimat ini sangat melukai Rasulullah SAW. Lalu beliau bersabda “Semoga Allah merahmati saudaraku Musa karena Musa pernah disinggungi kaumnya lebih parah dari pada ini ” dalam riwayat lain orang dari bani Tamimi ini berkata “berbuat adillah wahai Muhammad” dari sini dapat dilihat bahwa ada masalah dalam adabnya kepada Rasulullah.

chevron_left
chevron_right