Resume Kajian MJN 19 JULI 2019: The Battle of Mu’tah (Perang Mu’tah)

Penceramah : Ust. Salim A. Fillah

Mu’tah adalah nama desa di Jazirah Arab bagian utara (Balqa’) di Syam. Perang ini terjadi pada tahun 8 Hijriyah. Perang ini disebut juga Ghazwatu Jaisyil Umara'(Perang Pasukan Para Pemimpin). Kenapa disebut demikian? Karena sengitnya pertempuran melawan 200 ribu orang (100 rb dari pasukan romawi + 100 ribu dari nasrani arab) dengan jumlah pasukan yg hanya 3 ribu orang (kaum muslimin).
Sebelum berangkat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunjuk Zaid bin haritsah untuk menjadi pemimpin dalam perang ini seraya berkata “Bila Zaid terbunuh, maka Ja’far bin Abi Thâlib yang menggantikan. Dan bila Ja’far terbunuh, maka Abdullâh bin Rawâhah yang menggantikan”. Az-Zurqani menambahkan, “Bila Ibnu Rawahah terbunuh juga, maka hendaklah kaum Muslimin menunggu terpilihnya seseorang dari mereka untuk memimpin”.

Dalam perang ini, ada 3 orang yang baru masuk islam, di antaranya yaitu Khalid bin Walid, Utsman bin thalhah dan ‘Amru bin al-‘ash.

Ketika kaum muslimin dalam perjalanan menuju perang lalu singgah di sebuah daerah bernama Ma’an di Syam. Mereka mendengar Raja Hiraklius dengan 100 ribu pasukan Romawi telah tiba di Balqa’ dan diperkuat lagi dengan 100 ribu pasukan dari sejumlah kabilah Arab(Nasrani Arab)
Mendengar besarnya jumlah pasukan musuh, kaum Muslimin sempat menetap di Ma’an selama dua malam, sembari memikirkan keadaan mereka dan kembali mengatur strategi yang mesti diterapkan. Mereka mengusulkan agar berkirim surat kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memberitahukan jumlah pasukan musuh. Harapannya, supaya beliau mengirim pasukan tambahan atau menetapkan suatu keputusan untuk mereka taati.
Melihat gelagat kaum Muslimin yang ragu untuk berperang, maka Abdullah ibnu Rawahah pun menggelorakan semangat. Ia berseru, “Wahai kaum, apa yang kalian takutkan adalah sesuatu yang kalian kejar selama ini, yaitu mati syahid. Kita memerangi mereka bukan karena jumlah maupun kekuatan kita. Namun kita memerangi mereka karena agama Islam yang dengannya Allâh memuliakan kita. Berangkatlah ! Yang ada hanyalah satu dari dua kebaikan; kemenangan atau mati syahid !”. Ja’far juga berkata “Allah dan RasulNya lah yang lebih tahu keadaan kita. Maka tidak baik jika kita meminta bala bantuan sebelum kita melaksanakan”.

Gugurnya Zaid bin Haritsah
Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, panglima pertama yang ditunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, kemudian membawa pasukan ke wilayah Mu’tah. Dua pasukan berhadapan dengan sengit. Komandan pertama ini menebasi anak panah-anak panah musuh sampai akhirnya tewas terbunuh di jalan Allah Azza wa Jalla.

Gugurnya Ja’far bin Abi Thalib
Panji pun beralih ke tangan Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Sepupu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ini berperang sampai tangan kanannya putus. Ibnu Hisyam rahimahullah meriwayatkan , bahwa Ja’far bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu memegang panji-panji dengan tangan kanannya, akan tetapi kemudian ditebas oleh musuh hingga putus. Dia pun lantas memegangnya dengan tangan kirinya yang kemudian juga ditebas oleh musuh hingga putus. Maka didekaplah panji-panji itu dengan pangkal lengannya hingga iapun gugur dalam usia 33 tahun. Karena pengorbanannya tadi, Allâh Azza wa Jalla mengganti kedua tangannya dengan sepasang sayap, sehingga ia bebas terbang sesukanya di dalam Jannah. Berdasarkan keterangan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidak kurang 90 luka di bagian tubuh depan dia baik akibat tusukan pedang dan maupun anak panah.

Gugurnya Abdullah bin Rawahah
Giliran ‘Abdullah bin Rawahah radhiyallahu ‘anhu pun datang. Beliau turun dari kudanya, dan dihampiri sepupunya yg membawa sepotong tulang dengan menyisakan sedikit daging, seraya berkata, “Makanlah agar kekuatanmu pulih!”
Ibnu Rawahah pun mengambil daging tadi dan memakannya. Namun baru sekali menggigitnya, ia mendengar suara hiruk-pikuk dari arah tertentu, dan katanya, “Engkau masih di dunia!”
Mendengar seruan, serta merta dilemparlah daging itu. Sambil menghunus pedangnya, ia maju lagi dan terus berperang hingga syahid. Saat itu Rasulullah berada di Madinah, dan berkata kepada kaum anshor : Kemudian panji-panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah, dan ia bertempur hingga mati syahid. Lalu Nabi n bersabda, “Mereka semua ditampakkan kepadaku sedang berada di atas dipan-dipan emas dari syurga seperti dalam mimpi. Dan kulihat dipan(ranjang) Ibnu Rawâhah sempat tertahan/ agak jauh posisinya dari dipan kedua sahabatnya, maka kutanyakan mengapa bisa begitu? Dan dikatakan kepadaku bahwa kedua sahabatnya maju tanpa ragu, sedangkan Ibnu Rawâhah tampak ragu-ragu, baru kemudian ia maju dan setelah itu ia syahid”.

Khalid bin Walid sebagai Panglima pengganti
Setelah terbunuhnya ketiga panglima tadi, panji-panji diambil oleh Tsabit bin Arqam seraya berseru, “Wahai kaum Muslimin, tunjuklah seseorang agar memimpin kalian!”
Akhirnya mereka sepakat untuk menunjuk Khalid bin Walid sebagai panglima. Begitu Khalid mengambil panji-panji itu, dia pun berusaha menolak serangan musuh dan menyelamatkan sisa-sisa pasukan kaum Muslimin, lalu menyingkir dari medan perang.
Dengan kehebatan strategi khalid, Allah menangkan kaum muslimin dalam perang ini.
Khalid bin Walid rahimahullah menghabiskan 9 pedang dalam perang ini. Hanya satu pedang yang tersisa, pedang hasil buatan Yaman.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengungkapkan ketakjubannya terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla melalui hasil peperangan yang berakhir dengan kemenangan kaum muslimin dengan berkata : “Ini kejadian yang menakjubkan sekali. Dua pasukan bertarung, saling bermusuhan dalam agama. Pihak pertama pasukan yang berjuang dijalan Allah Azza wa Jalla, dengan kekuatan 3000 orang. Dan pihak lainnya, pasukan kafir yang berjumlah 200 ribu pasukan. 100 ribu orang dari Romawi dan 100 ribu orang dari Nashara Arab. Mereka saling bertarung dan menyerang. Meski demikian sengitnya, hanya 12 orang yang terbunuh dari pasukan kaum muslimin. Padahal, jumlah korban tewas dari kaum musyirikin sangat banyak(sekitar 6 ribu orang)”.
Dalam surat Al-Baqarah Ayat 249, Allah berfirman :
Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah? Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.

Dalam perang ini, ada 12 syuhada’ (8 berdasarkan Imam Ibnu ishaq + 4 berdasarkan Ibnu Hisyam) yaitu di antaranya : (1) Ja’far bin Abi Thalib, (2) Zaid bin Haritsah , (3) Mas’ud bin al-Aswad, (4) Wahb bin Sa’d, (5)‘Abdullah bin Rawahah, (6)‘Abbad bin Qais al-Khozarjayyan, (7)al-Harits bin an-Nu’man , (8)Suraqah bin ‘Amr, (9)Abu Kulaib, (10)Jabir, (11)Amr bin Amir putra Sa’d, (12)Tsa’labah bin Malik bin Afsha. 

chevron_left
chevron_right