Siapa sih yang tidak ingin menjadi seorang muslim yang “sholih”? seseorang yang menjadi idaman bagi setiap orang yang beragama Islam. Seorang yang sholih tidak hanya mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT namun juga menjadikan orang yang baik di dunia. Selain sholih, ada juga loh yang “thalih”…. Ada yang tau maksud dari thalih itu sendiri? Yup.. thalih itu memiliki arti seseuatu yang tidak diinginkan. Misalnya mendapatkan dosa, dan tidak disukai orang lain. Bahkan seseorang thalih ini juga tidak akan memberi manfaat bagi dirinya apalagi bagi orang lain, agama ataupun masyarakat.
Secara Bahasa “Sholih” berasal dari bahasa Arab yang artinya ‘baik’ sementara ‘Thalih” juga berasal dari bahasa arab yang artinya “jahat” atau kebalikan dari kata soleh. Orang-orang yang berbuat baik disebut sebagai orang yang sholih dan sebaliknya, orang-orang yang berbuat jahat disebut orang yang ‘thalih’. Dalam sejarah Nabi-nabi terdahulu, kaum yang mengikuti perintah-perintah Nabinya disebut sebagai orang-orang “sholih” dan kaum yang menolak Nabinya dan bahkan menentangnya disebut sebagai orang yang “thalih”. Demikianlah singkat dari pembahasan Sholih dan Thalih.
Next, kita akan masuk dalam maksud generasi Qur’ani dalam lintas peradaban. Ada yang tau maksudnya? Disini kita akan mengupas sekilas cerita tentang generasi Qur’ani yang dahulu dengan sekarang? Lalu coba kita pikir nanti, apakah kita termasuk menjadi generasi Qur’ani yang terdahulu yang memberi manfaat di era sekarang?
Mempelajari Al-Quran dan memahami kandungan serta pesan-pesan yang ada di dalamnya merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim di dunia. Sebagai sandaran hidup, Al-Quran mengandung semua petunjuk yang diperlukan umat muslim untuk bisa sukses di dunia maupun akhirat. Lalu apa yang dimaksud dengan generasi Qur’ani? Generasi Qurani adalah generasi yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup mereka, meyakini kebenaran Al-Quran, membaca, menghafal dan memahaminya dengan benar dan baik, serta mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Jatuh bangun atau maju mundurnya umat Islam tergantung pada jauh dekatnya kita dengan kitab suci Al Quran. Jikalau kita menjadikan Qur’an itu sebagai pedoman hidup kita dalam segala aspek, insyaAllah hidup kita akan terarah, selamat dan sukses dunia dan akhirat.
Islam merupakan agama yang membawa kasih sayang untuk alam semesta. Islam jugalah yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang melalui segala ilmu dan aturan yang diajarkannya. Islam bukanlah teologi semata. Segala aspek kehidupan telah diatur dengan rapih baik masalah peribadatan, ekonomi, memperlakukan manusia, memperlakukan alam, dan sebagainya. Semuanya telah tertulis dalam sebuah kitab suci ummat islam, yakni Al-Qur’an Al Kariim. Segala tindak tanduk manusia hendaknya memperhatikan dan menelaah terlebih dahulu dari Al-Qur’an sehingga tidak terjadi kekacauan karena kecacatan aturan tanpa landasan yang benar.
Pernahkah kalian berpikir tentang moral di kalangan pemuda yang merosot di era saat ini? Mengapa minat menuntut ilmu dan menambah keterampilan tambahan di kalangan pemuda sudah hampir hilang? Atau mengapa kecintaan dan keberanian menujukan bahwa dirinya seorang muslim telah hilang? Kecintaan pada dunia benar-benar merusak pikiran kita, moral kita yang harusnya kita perbaiki sejak detik ini. Tahukah kalian? Pemuda muslim memegang tanggung jawab terhadap nasib peradaban islam masa depan. Setelah mengetahui bahwa hal tersebut merupakan sebuah tanggung jawab, langkah selanjutnya adalah ikut melakukan tindakan perubahan dengan berlandaskan Al-Qur’an.
Masuk dalam isi Al-Qur’an, tahukah kalian mengapa kitab suci kita 1/3 nya berisi kisah(sejarah) pada nabi-nabi/rasul-rasul kita dan umat terdahulu? Mengapa tidak berisi sesuatu yang berlandaskan teori. Itulah mengapa, Al-Quran menjadi special yang mana Allah menjabarkan kisah-kisah sebagai bukti dari keesaan, keagungan dari penciptaannya yang terjadi pada ummat terdahulu. Diharapkannya dari kisah-kisah itu kita bisa belajar, mengerti, maupun meneladani dan memberi petunjuk terhadap kehidupan kita. Tentu, ini sangat menjadi poin penting bagi kita sebagai orang dewasa untuk mencetak generasi muslim yang berusia dini dengan menceritakan isi-isi dari Al-Qur’an. Sebagaimana kita tahu bahwa anak kecil sangatlah suka dengan cerita. Maka, jika kita menjadi guru atau ingin menjadi orangtua yang baik atau dicintai dengan anak-anak, belajarlah atau sukalah berkisah. Kembali kepada topik pemuda yang diceritakan dalam Al-Quran. Terdapat kisah-kisah pemuda dalam Al-Quran yaitu pemuda sholih dan pemuda thalih.
Ada beberapa contoh kisah dari pemuda thalih yang digambarkan dalam Al-Qur’an, yaitu:
- Qabil, anak dari nabi Adam yang menjadi peternak. Qabil memiliki saudara yang bernama Habil(penggembala). Dalam kisahnya mengapa Qabil disebut thalih? Karena keirian atau kedengkian ia pada saudaranya(Habil) yang mana ia membunuh saudaranya sendiri demi menuruti hawa nafsu kedengkiannya. Yang saat itu dia tidak menerima bahwa kehidupan Habil jauh lebih baik darinya dan memiliki istri yang sangat cantic. Kedengkian itu bermula dari cinta buta yang mana ia menghalalkan cara pembunuhan.
- Kan’an, anak dari nabi Nuh yang durhaka. Kan’an adalah sosok manusia yang tidak beriman kepada Allah, walau di dekatnya ada seorang penyeru yang tidak lain adalah bapaknya sendiri yaitu Nabi Nuh. Kisah kan’an tenggelam karena sombong, angkuh bahwa dia akan selamat dari malapetaka.
- Qarun, salah satu yang termasuk kaum nabi Musa a.s. Semula ia adalah seorang yg sangat miskin. Suatu saat ia memohon kepada nabi Musa agar didoakan menjadi kaya. Ketika Allah memberi rezeki padanya, sayang ia lupa dan menjadi kikir dan merasa dia menjadi kaya atas kerja keras ia sendiri. Tidak ada pertolongan Allah di dalamnya sehingga dia tidak ingin menyedekahkan hartanya untuk orang yang membutuhkan.
- Dan lain-lain
Dari contoh beberapa pemuda thalih terdahulu, ada juga contoh dari kisah pemuda sholih, yaitu:
- Habil
- Nabi Ibrahim, yang memberikan bukti kebenaran soal Tuhan. Ia bercerita bahwa bagaimana berhala dapat menghancurkan berhala lainnya. Dari kisah ini, banyak yang menjadi umat nabi Ibrahim dan menjadi umat muslim
- Nabi Ismail, seseorang yang berbakti kepada orangtua dan beriman kepada Tuhannya
- Nabi Ishaq
- Nabi Yusuf
- Nabi Daud
- Nabi Yahya yang dikenal dengan kecerdasannya terhadap kitab suci
- Dzulqarnain
- Pemuda kahfi, yang rela mempertahankan imannya meskipun mereka harus keluar dari negaranya
- Ashabul ukhdud
Dari sini, kita perlu ketahui bahwa Pentingnya kita belajar dari Al-Quran agar kita sebagai pemuda di era sekarang bisa mengerti mana yang perlu diteladani dan mana yang perlu kita jauhi. Sebagaimana kita tahu, Mengapa kisah raja fir’aun lebih banyak disebutin di Al-Quran daripada nabi Muhammad. Bukan berarti kita harus meneladani apa yang Fir’aun lakukan pada kisah dahulu, tapi agar kita mengerti bahwa ada banyak hal yang patut kita jauhi dari sifat-sifat raja fir’aun, supaya kita tahu dan tidak memiliki sifat sepertinya
Ada persamaan dari pemuda Thalih dan Sholih dalam 3 hal, yaitu :
- Curious, keingintahuan seorang pemuda terhadap sesuatu yang baru
- Prinsip yang kuat, dengan memiliki prinsip yang kuat biasanya mereka mengedepankan ego atau keinginannya dalam mencari hal-hal baru
- Anak muda
Sebagai anak muda yang benar dan bermanfaat seperti umat di zaman nabi. Selayaknya kita mulai banyak berpikir masa depan. Lebih peka sama zaman (Gelisah memikirkan terhadap bangsa dan umatnya), Kemuliaan orientasi (harus pragmatis). Lalu, ada gak sih cara meneladani anak muda yang shalih? Tentu dong.. yuk kita mulai dari:
- Menguatkan ruhaniyyah kita, yaitu berinteraksi dengan Al-Qur’an. Contohnya: sering tilawah, menelaah, dan mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an di kehidupan sehari-hari, shalat sunnah, puasa sunnah, sedekah, dll. yang sesuai dengan Al-Qur;an dan hadits. Membaca Al-Qur’an dengan hati yang mana kita bisa mendalami atau masuk dalam cerita yang dituangkan dalam Al-Qur’an itu sendiri. Memiliki sifat tafakkur(memikirkan apa yang menjadi hikmah apa yang telah dia baca)
- Menguasai ilmu pengetahuan, dijelaskan bahwa kita juga perlu menguasai di bidang apapun agar kita sebagai pemuda tidak ketinggalan terhadap kemajuan zaman dan tidak mudah dibohongi. Pentingnya tentang self management, yaitu bisa mengatur waktu agar waktu yang selama kita miliki tidak terbuang sia-sia
- Menuntut ilmu, belajar akhlak, dan beribadah tentulah harus dibersamai dengan memiliki jiwa dan raga yang kuat. Pemuda muslim hendaknya senantiasa menjaga kesehatan tubuhnya. Semua hal tersebut tidak lain hanya bertujuan agar segala yang kita miliki dan segala yang kita lakukan selalu bermanfaat bagi kemajuan ummat islam ke depannya
Oleh karena itu, mari kita kembalikan peradaban islam yang gemilang dengan memulai dari diri kita sendiri. Peradaban ummat islam di masa depan adalah tanggung jawab kita sebagai pemuda. Akan membawa kejayaan kah? Atau sebaliknya mengalami kemunduran? Mari kita sama-sama saling merangkul dan mengingatkan agar peradaban ini kembali dihidupkan. Kita mulai intropeksi diri, sudahkah kita menjadi pemuda yang sholih yang menjadi generasi Qur’ani atau justru sebaliknya kita menjadi pemuda yang thalih? Jangan biarkan apa yang pemuda sholih perjuangkan dahulu di zaman nabi kita justru kita hancurkan di era saat ini. So, mulai detik ini kita perlu belajar dan terus memperbaiki diri menjadi pemuda yang shalih.Narasumber
Narasumber
Ustad Muhammad Edgar Hamas